Budidaya Ikan Balita

Booming ikan mas balita sejak tahun 1997 ternyata menginspirasi banyak petani ikan untuk memanen ikan tawar lebih cepat. Jika sebelumnya ikan balita identik dengan ikan mas, kini berbagai ikan air tawar seperti nila, nilem, mujaer, lele, hingga gurame mulai banyak dipanen untuk dijadikan camilan ikan balita goreng kering.

Selain ikan mas balita, kini ikan nila balita dan nilem balita mulai diminati dan cukup digemari masyarakat. Selain sebagai lauk, ikan balita juga bisa dijadikan buah tangan. Sebut saja ikan mas balita yang dijadikan oleh-oleh khas Bogor, dan ikan nilem balita yang sejak lama terkenal sebagai oleh-oleh khas Tasikmalaya.

Syarat Budidaya

Baik ikan nila mapun ikan nilem bisa dibudidaya disetiap daerah yang memiliki aliran sungai atau selokan yang belum tercemar oleh limbah pabrik. Namun ikan nila sangat cocok dibudidaya di dataran rendah dengan ketinggian 0-700 mdpl, dan suhu 26-30 derajat. Nila juga sangat toleran terhadap kadar garam, sehingga bisa hidup dan tumbuh berkembang di air payau sekalipun. Sentra budidaya ikan nila menyebar di beberapa daerah seperti Cirata Jatiluhur, Cianjur, Tasikmalaya, Sukabumi, Gresik, Lamongan, Bali, Jambi, Lubuk Linggau, Karang Intan, serta Minahasa.

Nila Gift (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) merupakan jenis ikan yang paling banyak dibudidaya untuk dijadikan nila balita. Pasalnya nila jenis ini lebih pesat pertumbuhannya dibandingkan dengan ikan mas. Nila jenis ini bisa dipanen dalam tempo 1 bulan. Hebatnya lagi dari 1 liter benih nila jenis ini bisa menghasilkan 100 kg nila balita, sedangkan ikan mas hanya sekitar 50-60 kg saja.

Sementara itu untuk nilem hanya cocok dipelihara di iklim sejuk dengan ketinggian mulai dari 150-1000 mdpl, tetapi yang paling baik adalah pada ketinggian 800 mdpl, dengan suhu antara 18-28 derajat.

Meskipun pertumbuhan ikan nilem tidak se-pesat ikan nila, namun ikan nilem sangat rendah biaya produksinya. Hal ini karena selama masa pembesaran dari banih menjadi ikan balita cukup memakan lumut dan plankton yang tumbuh secara alami di kolam. Hanya saja, untuk menumbuhkan pakan alami tersebut perlu memberikan kotoran ayam/pupuk kandang kedalam kolam.

Hal yang juga penting pada usaha ikan balita adalah sirkulasi air yang lancar. Untuk itu, budidaya ikan balita harus memiliki aliran air yang masuk kedalam kolam dengan kedalaman antara 50-70 cm. Dengan demikian gas amoniak dari kotoran ikan tidak menumpuk dan dapat menimbulkan penyakit.

Sangat Menjanjikan

Prospek usaha ikan balita ini sangat menjanjikan, karena jika budidaya pembesaran ikan nila maupun nilem perlu waktu antara 5-6 bulan, ikan nila balita sudah bisa dipanen sejak usia 1 bulan. Selain waktu panen yang singkat, harga jual ikan balita ke supermarket, katering dan restoran itu sangat tinggi. Untuk nila balita mencapai harga Rp.45 ribu/kg setelah dibersihkan bagian dalamnya.

Sementara itu untuk ikan nilem yang dipanen usia 2,5-3 bulan dijual dengan harga Rp.14 ribu/kg dari petani, Rp.17-20 ribu/kg bila dijual ke supermarket. Harganya bisa mencapai Rp.15 ribu/100 gram bila telah digoreng kering dan dikemas dalam plastik.

Mengingat pelaku usaha ini masih belum banyak, tentu peluangnya masih terbuka lebar. Apalagi permintaan baru terpenuhi sekitar 70% saja. Sebagai contoh saja, permintaan ikan nila balita perbulan saja lebih dari 4 ton, sedangkan dari tiap pemasok supermarket rata-rata hanya mampu menghasilkan 50-100 kg/minggu.

Pemasaran

Memang pelopor booming ikan balita adalah Katering dan Restoran Karuhun di Bogor, yang menyajikan menu ikan mas balita. Seiring permintaan yang terus meningkat, saat ini permintaan bukan hanya datang dari pengusaha restoran maupun katering. Permintaan juga banyak datang dari supermarket. Namun sayang, karena petani ikan juga melayani permintaan dari petani pembesaran ikan, akibatnya satu orang petani belum bisa memasok langsung ke supermarket, padahal selisih harga yang besar berada pada tingkat tengkulak. Petani masih belum bisa menyanggupi permintaan supermarket, jadi kebanyakan mereka jual ke tengkulak.

Kendala

Kendala penyakit budidaya ikan balita bisa dikatakan tidak ada. Hanya saja pada saat musim hujan bisa terjadi serangan virus yang membuat kulit ikan timbul bercak-bercak. Kalaupun ada kematian paling banyak hanya 10%.

Pemasaran yang terbatas ditingkat tengkulak juga jadi kendala untuk memperbesar tingkat keuntungan. Namun karena keterbatasan lahan dan modal yang diminta sebagai jaminan bila petani memasok produk ke supermarket dan pembayaran tempo membuat petani memilih menjualnya pada tengkulak.

Untung Besar

Usaha ini memang sangat menguntungkan. Selain waktu panen yang singkat, penggunaan pakan yang minim membuat usaha ini kecil biaya produksinya. Tak heran jika petani nilem balita bisa memperoleh keuntungan hingga 88%, karena nilem termasuk herbivora, jadi hanya memakan lumut dan plankton, paling hanya diberi dedak sesekali. Kunci suksesnya adalah menggunakan kolam tanah yang memiliki aliran air sungai dan untuk menumbuhkan lumut dan plankton sebagai makanan alami, bisa dibuat sistem polikultur atau longyam, yaitu membudidaya ayam diatas kolam ikan. Dengan begitu kotoran ayam langsung jatuh kedalam kolam yang menyuburkan tanah sehingga memungkinkan untuk lumut dan plankton sebagaipakan alami dalam kolam.

  1. Leave a comment

Leave a comment